Senin, 18 Januari 2010

cinta

Saat cinta ada
Suara sering bersabda
Ia menyerukan tabir suci
Yang meng-konon-kan
Rasa, makna, dan bahasa

Dan ketika cinta sirna
Semua kembali pada zaman purba
Dimana cinta dianggap tak berguna
Karena hanya bisa bicara saja

Lalu datanglah kembali…
Satu masa, dimana cinta dianggap biasa
Seperti pakaian dan celana dalam wanita
Yang dijual pedagang kaki lima
“Cinta! Cinta! Lima ribu tiga!” katanya.
Dan mentari sore mulai bersenandung
Merindukan rembulan dan pergantian malam
Bersama angin dan napas alam yang mengiringinya
Berdesir di antara dedaunan dan pasir yang jatuh

Dan penaku mulai menari-nari malu
Merangkai kata demi kata, bait demi bait
Menyuarakan suara hati ini
Yang sepi tanpamu dan kosong

Terkadang mereka pun bertanya
Di sela-sela kesendirian ini
Apa yang kau cari dari semua ini?
Dan aku terdiam sepi
Aku malu, sebagaimana penaku mulai melangkah ragu...

Mungkin waktu yang memiliki jawabannya
Maka aku menunggu dan menanti
Namun,
Hanya kau yang dapat menyita seluruh hatinya
Maka aku pergi...
Ketika problema tak ada
Perasaan menjadi tiada
Hening memikirkan kata
Hanya hampa terasa
Hadir sebuah dillema
Pilih diantara dua

Hati menguntai kata
Jadilah sebuah cerita
Agar indah dibaca

Tidak jatuh cinta
Juga tidak nelangsa
Hanya damai terasa
Bahagia tidak bahagia
Harus terus merangkai kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar